[PART 2] Tutorial Membuat Gambar Kerja Rumah dengan Optimasi Layer dan Layout di Autocad



 
Konsep dasar menggambar dengan Workspace model + layout.

Tutorial membuat gambar kerja dengan autocad bagian 2 ini agak berbeda dengan tutorial sebelumnya. Pada beberapa item akan saya paparkan beberapa langkah yang mungkin akan lebih meningkatkan efisiensi dalam menggambar dengan autocad.

Akan saya tulis lagi konsep tentang Layout, skala, block… dan beberapa tambahan item baru seperti transparency, lineweight dan alternate dimension.
[Optimasi layout]

Kalau pada artikel yang lalu layout hanya digunakan untuk memudahkan proses plotting, maka pada bagian ini akan saya tambahkan beberapa optimasi yang bisa kita lakukan dengan layout pada autocad.

Dengan optimasi layout ini, untuk membuat denah utilitas (mis. Elektrikal, sanitasi dll) nantinya tidak perlu lagi melakukan duplikasi denah rumah,  kita hanya perlu membuat satu gambar denah saja untuk semua gambar kerja. 

Keuntungannya adalah:
+Menghemat waktu karena anda tidak perlu mengcopy denah. Dan ukuran file kerja akan otomatis berkurang seiring berkurangnya jumlah geometry pada lembar kerja.

+ Dan ini yang terpenting, jika nanti ada revisi denah minor, maka anda hanya perlu merubah denah master, dan semua denah rumah pada denah utilitas akan otomatis ikut berubah. Sehingga kita hanya perlu merevisi denah master, dan item di layout utilitas (misal perletakan lampu)

Buatlah denah rumah awal secara lengkap, termasuk dinding, dimensi, notasi dan perabotan.

Tempatkan masing-masing kelompok objek gambar pada yang layer yang berbeda.  Misal layer dinding, dimensi, text, perabot dan sanitasi. 




Pada objek-objek yang merupakan satu kesatuan (misal perabot tv), buatlah ke dalam bentuk block. Block adalah kumpulan dari beberapa objek yang disatukan dalam satu kesatuan. 

[ lebih lanjut dengan objek block ]

* select object yang akan di rubah menjadi block. Sebelumnya pastikan semua objek berada dalam satu layer agar tidak menimbulkan kerancuan layer nantinya.





Kemudian ketik perintah BLOCK atau pilih menu DRAW > BLOCK > MAKE.




* name, adalah nama block. Untuk gambar yang sederhana, bisa menggunakan nama acak, misal “asdsdfsdfs”. Tapi untuk gambar yang komplek dengan banyak perabotan sebaiknya diatur dengan baik penamaan block ini. 

* convert to block, option untuk merubah objek ke dalam block.

* allow exploding, option agar block dapat di explode nantinya. Atau unchek jika block tidak akan di explode.

Pembuatan block ini akan sangat membantu dalam proses desain denah. Karena hanya di perlukan satu klik untuk memilih satu blok. Atau setelah memilih object, bisa juga menggunakan “ctrl+c” + “ctrl+shift+v” untuk membuat block instant dengan penamaan random.


[Konsep Dasar Lembar kerja Model dan Layout]

Setelah gambar denah selesai dibuat, sebaiknya kita persiapkan layout kerja terlebih dahulu.

Pada bagian ini saya akan mencontohkan menggambar denah elektrikal, karena bagian ini merupakan gambar denah utilitas yang paling komplek, sehingga jika menguasai teknik pada gambar denah elektrikal ini, maka dengan mudah anda akan dapat mengaplikasikannya pada denah utilitas yang lain.



Di autocad ada 2 jenis lembar kerja. Tab MODEL adalah tempat menggambar yang utama, misal membuat gambar denah lengkap dengan notasi dan segala atributnya (misal gambar denah utama seperti pada gambar paling atas). Tab Layout merupakan semacam lembar kerja tempat gambar di plot. Disinilah kop gambar, perlengkapan utilitas (misal titik lampu, kusen dll) dan perlengkapan tambahan selain gambar utama ditempatkan.

Secara simple ilustrasinya adalah seperti ini. Gambar hasil plot merupakan hasil dari gambar kerja di tab model yang kemudian kita tempeli kop gambar di tab layout.





Aktifkan tab layout.

Setelah tab layout diaktifkan, hapus viewport yang ada, sehingga sekarang hanya tampak kertas kosong dengan garis putus-putus. Garis ini adalah batas paling tepi yang mampu di plot.





Kemudian klik kanan tab layout dan pilih menu PLOT..





Setting plot property seperti ini :



* Nama ; berikan nama yang mewakili setting plot tersebut.

* Printer ; Kali ini saya menggunakan default pdf printer spoiler yang ada di autocad yaitu DWG to PDF. Kelebihannya adalah :

+ file PDF berukuran relative lebih kecil (tergantung setting ukuran kertas dan dpi pdf)
+ bisa digunakan untuk multiple page pdf ( dalam satu file pdf ada banyak halaman).
+ relative lebih cepat 
+ dan yang paling utama adalah, urutan halaman file output selalu sama dengan urutan plot. Beberapa kali menggunakan pdf forge pada windows 7 x64 saya dapati hasil output pdf tidak sama urutannya dengan urutan plot queue. Dan sampai sekarang saya belum menemukan solusi atas bug ini. Sehingga dulu hasil queue selalu saya urutkan ulang dari menu print spoiler pdf forge.

* Scale; dalam menggambar saya menggunakan satuan cm, sehingga 10mm = 1 cm (dalam box units di isi 10). Pertimbangan menggunakan cm adalah ketelitian umum dalam menggambar rumah sudah cukup kalau kita menggunakan cm. Sebenarnya akan lebih bagus kalau menggunakan mm, tapi secara jangka panjang akan berimbas pada produktifitas menggambar secara keseluruhan. 

Bayangkan, untuk menggambar dinding kita cukup memasukkan angka 15, bandingkan bila menggunakan 150…. Misal dalam gambar ada 1000 dinding (baik dalam denah atau potongan), bisa dibayangkan berapa waktu yang terbuang.

* Plot object lineweights; option ini untuk menampilkan tebal garis yang berbeda-beda tergantung lineweight property sebuah garis. Jika di unchek, maka ketebalan garis hanya akan dipengaruhi oleh line weight dari layer properties.




Gambar lineweight setting pada tab object properties.





 Gambar lineweight setting pada layer properties.


* Plot transparency ; untuk menampilkan transparasi sebuah object. Contoh pada gambar denah pada gambar paling atas nampak gambar utama agak transparan, dan keterangan layer nampak lebih tebal.

[ membuat KOP gambar ] 

Buatlah sebuah rectangle didalam batas kertas. Usahakan sedekat mungkin dengan tepi kertas, tetapi jangan sampai keluar dari batas. Semakin mepet, maka akan semakin besar kapasitas gambar dalam sebuah kop.




Lalu tambahkan semua aksesori sehingga membentuk sebuah kop. Kemudian select semua object kecuali beberapa item yang saya lingkari (unselect dengan cara menahan tombol SHIFT). Lalu konversikan ke dalam bentuk block.




Pada lingkaran biru gunakan Mtext atau Text biasa.

Sedang pada lingkaran kuning gunakan field. Menu INSERT > FIELD > ALL > CURRENT SHEET NUMBER. Tampilan pertama kali adalah tanda ###, ini normal karena kita belum melakukan setting pada sheet yang akan saya lanjutkan nanti di belakang. 

Kemudian klik field tersebut, klik kanan PROPERTIES, rubahlah property field tersebut agar seukuran dengan text pada kolom “JML LEMBAR”.

Lalu buatlah sebuah layer dengan property pada kolom “PLOT” deactive. Bahasa simpelnya adalah sebuah unplotting layer, atau layer yang tidak akan ter plot (ter cetak) dalam output media (pdf ataupun kertas riil).




Aktifkan layer UNPLOT yang baru kita buat. 

Buatlah sebuah viewport. Menu VIEW > VIEWPORT > 1 VIEWPORT dan tempatkan dengan cara klik seperti ini :




Dengan posisi seperti ini, mungkin UNPLOT layer tidak ada gunanya karena akan tumpang tindih dengan garis tepi KOP. Namun untuk gambar yang lain akan sangat berguna. 

Contoh aplikasi unplot layer pada detail kusen.





 Dan hasilnya saat di plot adalah…



Oke, kita kembali pada viewport tadi. Setelah ditentukan ujung kiri atas dan kanan bawah, sekarang object dari dalam tab MODEL sudah ter insert di dalam tab LAYOUT.




" ~ Ini sering jadi masalah sewaktu pertama kali saya belajar viewport.~"
 Jadi, sekarang di tab LAYOUT ada 2 jenis area kerja. Yaitu :

Area utama yang berupa AREA LAYOUT. Saat aktif, ditandai dengan tanda PAPER di pojok kanan bawah. Simpelnya sekarang kita ada di atas kertas cetak.

Area ke dua yang berupa AREA VIEWPORT (yang di dalamnya berisi object yang terdapat dalam TAB MODEL). Saat aktif ditandai dengan tanda MODEL + LOGO LOCK di pojok kanan bawah. Bahasa lainnya sekarang kita keluar dari kertas cetak dan masuk dalam area kerja (MODEL).

Untuk mengaktifkan salah satu area itu adalah dengan cara melakukan doble click pada area tersebut.

Saat kita menggambar atau melakukan editing (misal erase, trim dll), maka editing hanya akan berimbas dengan AREA yang aktif. Pastikan sering-sering melihat tanda MODEL / PAPER di pojok kanan bawah untuk menghindari kesalahan penempatan oject.



Viewport yang aktif ditandai dengan garis viewport yang tebal. 

----------------------------------------------------------------
Aktifkan viewport (double click) > klik ikon viewport scale (di pojok kanan bawah) > Custom.




 Edit drawing scale > Add >>



[Lebih lanjut tentang Skala di autocad]

* Kenapa 1 paper units dan 1 drawing units?

Skala yang lazim untuk gambar utama (misal denah) adalah 1:100 (bersifat kondisional). 
Yang artinya 1 cm di gambar = 100 cm (1 m) di lapangan.

Saat gambar dari autocad dikonversikan ke hasil print out (kertas), maka harusnya memiliki perbandingan 1 : 1, yang artinya 1 cm di paper autocad (preview plot) = 1 cm di paper riil (kertas print out).

Dan kenapa memakai cm? karena pada settingan skala sebelumnya, kita sudah tentukan bahwa satuan unit gambar adalah cm, atau 1 unit autocad drawing = 1 cm (10 mm) paper drawing.

Karena ada 2 tipe skala, maka untuk seluruh gambar selanjutnya, salah satunya harus dibuat fix agar tidak rancu. Yang biasa saya lakukan adalah mengunci skala plot ke angka 1 cm (1 unit = 10 mm) dan membuat skala yang variable untuk masing2 viewport.

Jadi untuk gambar yang lain dengan skala yang lebih kecil (misal detail kusen seperti di atas), saat menggambar saya tetap menggunakan satuan cm, paper scale 10, dan viewport scale 0,2 (hasil print out paper adalah 1 : 20).

Jadi harap dibedakan antara Paper Scale dan Viewport Scale.




Jika suatu waktu menghadapi gambar random yang dibuat orang lain, kesulitan yang muncul adalah menentukan skala gambar.

Cara paling mudah adalah pada settingan plot, rubah plot scale.

What to plot: (window) dan dilanjutkan menentukan window dari ujung kiri atas ke kanan bawah object.





Plot scale : (check) fit to paper.
Nanti akan keluar angka pada box units. Misal 10.17
(unchek) fit to paper dang anti angka 10.17 dengan angka yang genap (10)

Selesai membuat custom scale baru, ulangi lagi langkah di atas.

(Pastikan viewport tetap aktif), klik tombol viewport scala (pojok kanan bawah) > 100 (skala yang baru dibuat)




Misal hasil zooming scale terlalu besar,




Maka ukuran viewport perlu di kecilkan, dengan cara aktifkan paper space (dobel klik di luar border viewport) > klik rectangle viewport sekali > atur 4 pick point viewport sehingga hanya gambar yang kita inginkan yang nampak.




Pada saat menggambar di TAB MODEL, kita hanya perlu menggunakan 1 satuan. Sehingga file kerja akan kelihatan ada yang besar (misal gambar denah) dan yang kecil sekali (misal gambar detail kusen).

 


Agar hasil print out dimensi bisa seragam, maka dimensi juga harus dibuat variatif sesuai dengan skala gambar.

Menu FORMAT > DIMENSION STYLE




Settingan yang biasa saya gunakan untuk skala 1:100 adalah sbb :




Untuk objek dengan dimensi yang lebih kecil, misal 1:20, maka perlu dibuatkan dimensi baru. 




Ganti angka “use overall scale of” dengan hasil bagi skala baru. Misal skala baru adalah “1:20”
= (20/70) x 100 = 28,6


-----------------------------------

Sekarang kita lanjutkan membuat gambar denah elektrikal.

Pertama duplikasikan dulu layout yang berisi denah tadi. Dengan cara :
Klik kanan tab denah > move or copy > check create copy




Atau aktifkan layout denah (klik kiri) > tahan tombol ctrl > drag ke kanan tab denah tadi.

otomatis akan muncul layout baru yang identic dengan nama “denah (2)”. Kemudian rename layout tadi dengan nama sesuka anda (misal  “denah electrical”). Hal ini harus dilakukan agar tidak rancu di akhir nanti.

Pilih layout yang baru kita buat tadi (denah elektrikal), aktifkan MODEL MODE (dobel klik di viewport)




Aktifkan menu layer dengan cara mengetik LAYER pada command bar. 

Beberapa kolom pada layer yang akan kita mainkan untuk membuat denah utilitas (electrical, sanitair, kusen dan pola lantai) adalah VP FREEZE, VP TRANSPARENCY, VP LINEWEIGHT dan VP LINETYPE (lihat gambar di atas). 

Maksud imbuhan “VP” di atas adalah, satu settingan layer hanya akan berpengaruh di satu viewport pada tab layout. Misal jika pada sebuah layout terdapat 2 viewport, maka tiap-tiap viewport harus di setting sendiri-sendiri.

Dengan mengubah setting pada “VP”, attribute layer pada tab MODEL tidak akan terpengaruh.

+ Keuntungan dari cara ini adalah, jika suatu saat ada revisi gambar, maka hanya gambar denah utama yang dirubah. Sehingga pada denah utilitas, hanya perlu digeser perletakan perlengkapan tambahan (misal titik lampu). Mungkin keuntungannya tidak terlalu sepadan, tapi jika gambar yang dibuat cukup besar dan komplek, saya yakin anda akan frustasi merubah denah utama ditiap-tiap gambar utilitas.

Skemanya adalah seperti ini :



+ Area Layout digunakan untuk menggambar utilitas penunjang. Misal titik lampu, kabel, saklar, dll.

+ Sedang area viewport digunakan untuk mengambil denah utama (layer denah + perabot) dengan sedikit variasi transparency dan menyembunyikan layer-layer yang lain (misal dimensi, text, dll). Settingan layer pada viewport sebagai berikut :




Masih dalam keadaan viewport yang aktif, simpan settingan layer agar bisa digunakan secara cepat untuk gambar-gambar yang lain. 

Buka Layer States Manager (Alt + S) > New > (isi nama Layer state) > Ok > Close.




Sedangkan cara untuk memanggil settingan tersebut adalah;

(dalam keadaan viewport target aktif), buka layer > layer state manager > (pilih nama layer states) > restore (doble klik) pada nama Layer states.

Aktifkan menu transparency dan lineweight pada pojok kiri bawah layar agar ketebalan dan transparency object bisa langsung kelihatan di layar.





Tampilan di layout seharusnya seperti ini




Dan di plot preview seperti ini




Untuk gambar selain utilitas, misal denah struktur (denah pondasi, kolom, balok dan rangka atap), potongan (cross section) dan detail kusen, sebaiknya digambar secara biasa (yaitu digambar secara lengkap di tab model). Viewport hanya digunakan untuk menyisipkan gambar di tab layout agar memiliki kop.

Setelah semua gambar selesai, buatlah sebuah sheet set

Menu file > new sheet set > an example sheet set > select a sheet set to use as an example (new sheet set) > name of new sheet set (insert name) > store sheet set data file .dst here (browse ke folder dimana gambar dibuat).

Setelah itu akan muncul sheet set manager (ctrl + 4 jika masih tidak muncul)

Aktifkan salah satu layout (misal denah electrical) > drag layout tersebut ke dalam sheet set manager.

Pilih semua (atau sebagian) layout. Select all bisa dilakukan dengan “ctrl+a” atau memilih baris paling atas, tahan tombol shift, dan pilih layout name pada baris paling bawah. Atau bisa juga menggunakan Ctrl + click untuk memilih layout tertentu.






Urutkan tiap-tiap gambar sesuai keinginan dengan cara drag shet ke atas atau kebawah . Setelah itu pilih sheet yang paling atas, klik kanan, rename & renumber. 

Isikan angka 1 pada kolom number dan pastikan sudah sinkron dengan layout name. Lakukan pada semua sheet.

Coba cek pada halaman layout, nomer dan nama sheet seharusnya sudah sinkron dengan nomer pada kop dan nama pada layout.





 Kemudian Select judul sheet, disini adalah “New Sheet set (1)” > Publish > Publish to PDF >





-=End=-  :)








































































Komentar

Postingan Populer